Kamis, 30 Mei 2013

Tips Investasi Rumah

Bagi Anda yang belum memiliki rumah, kini saatnya Anda mempersiapkan diri untuk membeli rumah karena harga properti terus naik. Lalu bagaimana jika sudah
memiliki rumah? Tak ada salahnya membeli rumah lagi untuk investasi Anda di masa mendatang.

Karena rumah merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mewah untuk di masa mendatang. Di mana populasi manusia yang kian banyak sementara tanah untuk tinggal kian sempit dan terbatas.

Membeli rumah adalah sebuah keputusan penting yang tentu akan berpengaruh pula pada keuangan dan finansial keluarga Anda. Namun rumah bisa dijadikan investasi terbesar dalam hidup.

Hal yang perlu dipertimbangkan saat Anda pertama kali membeli rumah yakni seringkali Anda dihadapkan akan rumah impian yang sesuai dengan desain yang Anda inginkan tanpa memperhatikan kelengkapan dokumen, lokasi, dan fasilitas di sekitar rumah yang akan Anda beli.

Kini banyak rumah dijual dengan desain menarik namun Anda juga dituntut untuk memperhatikan dan mempertimbangkan hal sebelum membeli rumah.

Setidaknya ada 5 hal penting yang bisa Anda pertimbangkan saat ingin membeli rumah yang tentu kedepannya akan menjadi investasi yang tepat bagi Anda dan keluarga.

1. Lokasi merupakan faktor utama dan penting yang harus dipertimbangkan sebelum Anda membeli rumah. Lihat lingkungannya yang mungkin dekat dengan kantor Anda, sekolah anak, bandara, jalan raya, stasiun dan lainnya. Mungkin tak semua bisa di dapat dalam lokasi yang Anda pilih, setidaknya memiliki lokasi rumah yang dekat dengan tempat kerja dan sekolah anak-anak akan lebih baik.

2. Sesuaikan dengan budget bisa berawal dari target. Misalnya, rumah seperti apa yang Anda dan keluarga Anda inginkan? Rumah di pinggir jalan? Rumah mewah? Atau rumah sederhana dengan desain minimalis masa kini? Apapun itu, buatlah secara detail mengenai hunian impian bersama yang kemudian bisa disesuaikan dengan kondisi finansial keluarga.

3. Posisi ini mungkin Anda sudah menemukan rumah impian Anda dan berancang- ancang siap membelinya. Namun tak ada salahnya untuk sesekali berjalan-jalan
untuk melihat kondisi lingkungan di sekitar si “calon rumah” masa depan. Dalam hal ini, Anda bisa memperhatikan keamanan di sekitar rumah sampai prediksi kira-kira
apakah lingkungan tersebut bisa berkembang dengan nilai jual tinggi untuk masa mendatang.

4. Anda yakin ini pilihan rumah yang akan dibeli? Saatnya tawar menawar harga. Dengan melihat kondisi bangunan rumah, kelengkapan surat, lokasi, apakah ada sengketa lahan, dan pertimbangan lainnya, apakah rumah tersebut layak diberi harga mahal atau tidak? Lakukanlah tawar menawar harga dengan etika yang baik, karena bisa saja transaksi jual beli rumah gagal karena satu pihak yang tersinggung sehingga enggan menjual rumahnya kepada Anda.

5. Setalah deal harga, cocok dengan keinginan Anda, dan lengkap dengan seluruh kelengkapan dokumennya, kini Anda juga perlu lebih detail dan jeli seputar
beberapa hal.

Seperti mendapatkan informasi dari petugas pemerintahan. Apakah akan dibangun proyek yang kelak bisa saja mengganggu ketenangan lingkungan rumah Anda. Misalnya, akan dibangun flyover atau mungkin sekitar rumah terkena penggusuran massal dari pemerintah hingga memeriksa apakah ada jalur tegangan tinggi yang diusulkan yang mungkin bisa masuk di halaman Anda seperti sutet dan sejenisnya.

Setelah lima aspek di atas sudah Anda pertimbangkan, kini saatnya Anda membeli rumah untuk masa depan. Langsung bertransaksi dan jangan menunggu nanti dan nanti. Karena bila pemilik rumah berubah pikiran, bukan hanya Anda saja yang kecewa, keluarga Anda pun akan kecewa. Membeli rumah sekarang tentu akan menjadi investasi yang mewah di masa mendatang.   detikfinance

Jumat, 17 Mei 2013

KAIN PENUTUP KA'BAH


Mekah -  Sepotong kain bisa berubah menjadi azimat. Dulu, imajinasi kanak-kanak saya mempercayai hal itu. Ketika menonton seorang jawara di pasar malam yang sama sekali tak terluka setelah menyabetkan parang berulang-ulang ke tubuhnya sendiri, anak-anak bersorak. Mereka begitu percaya pada kabar yang ditiupkan: ilmu kebal sang jawara didapat dari jimat yang tersimpan di ikat pinggangnya. Apa itu? Kain Ka'bah.
Saya tak tahu entah diapakan sobekan kiswah atau kain Ka'bah itu sehingga tubuh pemakainya tak pernah berdarah. Seseorang menyebutkan kain itu dicelupkan ke air putih sebelum air ini ditenggak sang jagoan. Entah sudah berapa puluh kali »air sakti” itu diminum sehingga kain tersebut tampak putih kusam. Tak terpikir dalam benak kanak-kanak bahwa mustahil selubung Ka'bah tersebut berwarna putih, kecuali selebritas pasar malam tersebut hidup di zaman Nabi Muhammad yang memang memilih kain putih dari Yaman untuk menutup Ka'bah.
Bagaimana mungkin ia bisa menyobek kiswah yang sebenarnya tebal itu? Kiswah juga tampak begitu kuat dengan cincin-cincin yang mengunci di kaki-kaki bangunan Ka'bah yang bertinggi 14 meter itu. Di sekeliling Ka'bah, polisi dengan mata nyalang juga mengawasi dengan ketat setiap anggota jemaah yang berbuat ganjil. Setiap bidah yang bisa menggiring kepada kemusyrikan tak mendapat tempat di Tanah Suci.
Tapi, apa yang mustahil di tangan anak-anak? Semua tampak hidup di alam pikiran anak-anak. Dalam alam pikiran para bocah ini, rebusan kain ini tak cuma punya tuah ilmu kebal, tapi juga bisa menyembuhkan rupa-rupa penyakit. Pendek kata, kain ini tergolong jimat sapu jagat. Semua bisa, meski tak pernah terbuktikan.
Imajinasi kanak-kanak yang mengundang senyum inilah yang muncul kembali dalam ingatan ketika saya mengunjungi pabrik pembuatan kiswah di kawasan Ajyad di Mekah, Arab Saudi, pertengahan April lalu. Kunjungan ini dilakukan setelah 22 orang pengajar universitas dan pesantren dari berbagai daerah yang diundang Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia melaksanakan ibadah umrah pada pertengahan April lalu.
Saya jelas punya kesempatan lebih besar dibanding jawara pasar malam itu untuk mendapatkan potongan kiswah. Tak cuma melihat, saya bisa memegangnya langsung, nyaris tanpa pengawasan. Saya juga dengan mudah bisa mengambil gulungan benang sutra, bahan pembuatan kiswah, dari puluhan mesin pemintal yang berbaris rapi di pabrik yang telah berdiri selama 30 tahun itu. Saya bisa merasakan kelembutannya, bahkan mencium aroma pintalannya. Saat itu, kesempatan menggenggam ”ilmu kebal” benar-benar berada di depan mata.
Tapi saya justru lebih terpesona menyaksikan gerakan puluhan seniman yang menyulam secara manual kain tersebut ketimbang tenggelam dalam mitos masa kecil. Ada 285 karyawan, dari yang bertugas menenun, memberi warna hitam, emas, dan perak, lalu membuat kaligrafi, merajut kain dasar, kemudian memprogram kalimat-kalimat tauhid di komputer sebelum ditorehkan ke permukaan kain, hingga tugas para penyulam itu. Mereka tampak khusyuk menikmati setiap jalinan benang yang ditisikkan ke dalam kain hitam.
»Mereka bekerja penuh konsentrasi, tak boleh salah,” kata Ali bin Suud, juru bicara pabrik kiswah yang berada di bawah Jawatan Wakaf Kerajaan Arab Saudi itu. Saya melihat tak jauh dari Ali, seorang karyawan yang terbatuk-batuk dan menghentikan pekerjaannya. Segera terpikir, ia yang sehari-hari menyentuh kain yang dalam bayangan masa kecil seharusnya ”menyembuhkan” itu ternyata terserang flu. Ah, berantakan sudah imajinasi yang telah bertahan bertahun-tahun.
Di pabrik dengan luas 10 hektare itu, 85 penyulam bekerja menyelesaikan dua kiswah setiap tahun. Satu kiswah dipasang di bangunan yang menjadi kiblat umat Islam seluruh dunia itu. Tingginya 14 meter dan memiliki lebar 7,5 meter pada tiap sisinya. Jadwal pemasangan kiswah itu selalu tetap: tiap tanggal 9 Zulhijah, ketika jemaah haji berangkat ke Arafah untuk memulai rangkaian ibadah haji. Kiswah satu lagi? ”Jadi cadangan, digunakan jika kain yang pertama cacat atau robek ketika dipasang.”
Puluhan seniman itu menyulam selama 8,5 bulan. Mereka mengerjakannya dalam 47 potong kain. Sebagian mengerjakan potongan kain yang bertulisan kalimat syahadat, sebagian lagi menyulam surat Ali Imran ayat 96, Al-Baqarah ayat 144, surat Al-Fatihah, dan surat Al-Ikhlas. Ada pula yang merajut asma-asma Allah yang dimuliakan. ”Pengerjaannya per bagian, lalu dijahit menjelang dipasang di Ka'bah,” kata Ali.
Seluruh proses itu membutuhkan 999 gulung benang sutra yang jika dibentangkan panjangnya lebih dari satu kilometer per benang. Berat benang sutra tersebut mencapai sekitar 670 kilogram. Ini belum termasuk bordir yang berisi 15 kilogram benang emas. Lantaran menggunakan bahan baku yang sangat berharga seperti sutra, emas murni, maupun perak, harga produksi kiswah pun sangat mahal, sekitar Rp 50 miliar!
Dari mana sutra-sutra mahal itu didapat? ”Sutra diimpor dari Italia, mesin pemintalnya dari Swiss,” kata Ali. Sutra terbaik Italia berpusat di Provinsi Firenze, sebuah daerah yang sering disebut sebagai ”ibu kota Eropa untuk komoditas sutra dan wol”. Firenze, yang berpusat di Florence, tak seperti kota Roma yang menyerap semua unsur-unsur Romawi kuno maupun modern. Firenze menolak semua pengaruh non-Renaissance. Firenze pernah menjadi ibu kota Italia di abad ke-19.
Jika kini pemerintah Saudi lebih memilih Italia sebagai ”kiblat” sutra buat kain Ka'bah, penguasa tanah Hijaz (Arab Saudi) zaman dulu ternyata memilih kain dari Yaman, Irak, atau Mesir. Ka'bah pertama kali »berpakaian” pada 2.500 tahun silam, ketika suku Jurhm dari Yaman menguasai tanah Hijaz. Raja Tuba dari Hymir, Yaman, memasang kiswah berwarna merah yang didatangkan dari negeri itu.
Pada zaman leluhur Muhammad, pemasangan kiswah menjadi tanggung jawab masyarakat Arab dari suku Quraisy. Keluarga Abdul Muthalib, kakek nabi yang mendapat amanat menjaga Ka'bah, menyelubungi Ka'bah dengan kain putih dari Yaman. Pemasangan kain itu bertujuan melindungi dinding Ka'bah dari kotoran, debu, serta panas. Kiswah juga berfungsi sebagai hiasan.
Ketika Mekah diambil oleh kaum muslimin, mereka memutuskan untuk menanggalkan kiswah. Tapi kebakaran besar di sekitar Ka'bah membuat Nabi kembali memerintahkan agar Ka'bah dibungkus dengan kain putih dari Yaman. Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman mengikuti tradisi menyarungi Ka'bah dengan memilih kain Koptik berwarna putih dari Mesir. Situs Emel.com menulis, kain halus ini dihasilkan oleh keturunan Kristen dari masyarakat Mesir kuno. Saat itu komunitas Kristen Koptik memang dikenal sebagai perajin kain dengan cita rasa seni yang tinggi.
Berikutnya, seiring bergantinya khalifah, Ka'bah pernah bersalin baju dengan rupa-rupa warna: merah, kuning, hijau, dan hitam. Jadwal pemasangannya pun pernah di bulan Muharam dan Ramadan. Namun, sejak Khalifah al-Mamun dari Dinasti Abbasiyah berkuasa, warna kiswah ditetapkan tak berubah dari waktu ke waktu: hitam. Lalu, pada 1340, tradisi pembuatan bordir diperkenalkan oleh penguasa Mesir.