Senin, 14 April 2014
Bahasa Prancis Agus Salim bikin PM Vietnam Selatan bengong
Kisah ini diceritakan oleh George McT Kahin. Ia adalah seorang wartawan
yang bekerja untuk sebuah kantor berita Amerika (Overseas News Agency).
George pertama kali kenalan dengan Haji Agus Salim pada tahun 1948 di
Yogyakarta. Saat itu Agus Salim menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.
George datang ke Indonesia dalam rangka ingin menulis tentang Indonesia.
Terutama keadaan Indonesia saat itu setelah Indonesia merdeka.
Empat tahun berlalu, setelah George menjabat sebagai pembantu guru besar
muda di Cornell University, maka oleh pimpinan Program Asia Tenggara,
Agus Salim diundang sebagai guru besar tamu pada semester musim semi
tahun 1953 datang ke universitas tersebut. Agus Salim diminta memberi
suatu kursus singkat tentang agama Islam dan seminar tentang 'Islam
Indonesia' di Amerika Serikat.
Program itu kerap membuat dosen dan mahasiswa antusias mengikuti program
tersebut. Sebab sebelumnya juga ada guru besar muslim menggelar program
tentang Islam.
Di tengah lawatannya ke Amerika Serikat, George mempertemukan Agus Salim
dengan Ngo Dinh Diem. Ia adalah Calon Perdana Menteri Vietnam Selatan.
Pertemuan berlangsung setahun sebelum Diem diangkat sebagai perdana
menteri. Kala itu Diem datang ke Cornell dalam rangka keliling Amerika
Serikat untuk mencari dukungan bagi negaranya yang masih akan dibentuk.
Pada saat itu Diem adalah orang yang terkenal pintar bicara. Tiap-tiap
diskusi dan berdebat Diem selalu merajai percakapan. Saking pintarnya,
lawan bicara Diem selalu kalah dan hanya bicara satu dua patah kata.
Kemudian George berinisiatif mempertemukan Agus Salim dengan Diem di
Ruang Pertemuan Tenaga Pengajar. Acara dikemas dengan santap makan
malam.
Sambil makan malam, George begitu terperangah ketika Agus Salim dan Diem
berbicara bahasa Prancis. Selama ini Diem dikenal orang Asia yang mahir
berbicara bahasa Prancis.
Rupanya, kefasihan Diem berbicara bahasa Prancis tak membuat Agus Salim
terdiam. Justru yang membuat George kaget adalah dalam percakapan itu
Agus Salim lebih mendominasi. Agus Salim malah lebih menguasai
pembicaraan hingga tak memberi kesempatan pada Diem untuk bicara. Agus
Salim ternyata lebih mahir berbicara bahasa Prancis. Selama ini Agus
Salim memang dikenal banyak menguasai bahasa asing. Selain Inggris, Agus
Salim juga fasih berbicara bahasa Arab, Prancis dan Jerman.
Delapan tahun kemudian, George berada di Saigon, sebuah kota di Vietnam.
Di sana ia kembali bertemu dengan Diem. Dalam wawancaranya selama empat
jam, George mengaku kalah bicara dengan Diem. Ini yang membuat George
kesal. Saking kesalnya tiba-tiba ia teriangat Agus Salim.
"Coba bila ada hadir Pak Salim, yang menjijikkan Diem itu sebelum saya
mewancarainya." kenang George. Pengalaman George ini kemudian ditulis
dalam buku "Seratus Tahun Haji Agus Salim" yang diterbitkan oleh Sinar
Harapan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar