TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang digunakan saat ini adalah energi fosil yang tidak dapat
diperbaharui. Satu cara mengatasi krisis energi dengan memanfaatkan
energi terbarukan yang tidak saja mencegah krisis tapi juga mencegah
pemanasan global karena ramah lingkungan.
Beberapa energi yang
ramah lingkungan adalah tenaga surya dan angin. Namun saat ini energi
yang sedang menjadi sorotan adalah energi geothermal atau panas bumi.
Dan Indonesia adalah negara yang memiliki semua energi alternatif
tersebut. Bahkan konon Indonesia akan menjadi negara paling kaya karena
memiliki energi panas bumi paling banyak di dunia. Jawa Barat adalah
provinsi yang paling tinggi kandungan panas buminya.
Tercatat
energi panas bumi yang dimanfaatkan sebesar 1.100 MW, atau sekitar 4,2
persen dari cadangan panas bumi nasional yang mencapai sekitar 28 MWe
atau setara dengan 12 miliar barel. Provinsi Jawa Barat. menyimpan
potensi panas bumi sebesar 6.096 MW yang terdiri dari 40 titik
manifestasi.
Saat ini total kapasitas terpasang baru mencapai
sebesar 1.057 MW. Di Provinsi Jawa Barat terdapat 7 (tujuh) WKP, terdiri
dari, 4 (satu) WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan sebelum terbitnya
UU No. 27/2003, yaitu WKP Cibeureum Parabakti, WKP Pangalengan, WKP
Kamojang-Darajat dan WKP Karaha-Cakrabuana dan 3 (dua) WKP Panas Bumi
yang telah ditetapkan setelah terbitnya UU No. 27/2003, yaitu WKP
Tangkuban Parahu, WKP Tampomas dan WKP Cisolok Cisukarame.
Selain itu terdapat pula 2 (dua) pengusahaan panas bumi untuk skala kecil yaitu wilayah Cibuni dan Ciater, Tangkuban Perahu.
Menurut
Dewan Nasional Perubahan Iklim, Dr Armi Susandi, Indonesia memiliki
prospek bagus untuk pengembangan energi terbarukan. Namun hingga saat
ini energi terbarukan seperti masih dianak tirikan.
Padahal bila
dimanfaatkan bisa mengurangi penggunaan energi fosil. Beberapa energi
yang berpeluang dikembangkan di Indonesia antara lain energi angin,
matahari, biodisel, panas bumi, dan batu bara. Namun Indonesia masih
memiliki kendala untuk mengembangkan energi tersebut.
"Hambatannya
seperti biaya investasi tinggi, biaya produksi tinggi. Selain itu
kurang insentif dan kurang pengetahuan dan pendanaan. Dari segi SDM
juga, karena ahli energi terbarukan masih sedikit," kata Armi pada acara
Repertoar Gerakan Mahasiswa dari Pemuda untuk Bangsa di Aula Timur ITB
Jalan Ganeca, Sabtu (17/3/2012).
Di Indonesia saat ini sudah ada
penelitian pengembangan energi terbarukan seperti potensi energi angin.
Indonesia banyak sekali pantai yang anginnya cukup besar dan bisa
dimanfaatkan sebagai energi alternatif. Ada sekitar 700 garis pantai di
Indonesia.
Penelitian sudah dilakukan di Kabupaten Sukamara,
Kalimantan Selatan. Potensi anginnya sangat bisa dimanfaatkan untuk
energi. Langkah lebih baik lagi sudah dilakukan yakni pengembangan
energi surya di Papua, Irian Jaya. ITB mengembangkan sel surya dengan
bekerja sama dengan sejumlah instansi swasta, BUMN, Pemda setempat juga
Universitas Cendrawasih.
Panel surya ini akan segera
dioperasionalkan. "Dananya memang besar, untuk dana ini hibah dari
Belanda. Hingga lima tahun ke depan, masih dipegang ITB. Tapi ke
depannya, Pemda setempat yang akan meneruskan. Untuk energi terbarukan
memang harus kerjasama, tidak bisa sendiri," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar