Senin, 25 Juni 2012

Indonesia Negara paling bahagia se dunia, mengapa aku sulit bahagia?

Berbagai permasalahan, mulai dari krisis ekonomi, bencana alam dan perang, ternyata tidak membuat rakyat Indonesia kehilangan kebahagiaan mereka. Menurut studi terbaru oleh Ipsos Global, orang Indonesia adalah yang paling bahagia di dunia.
Hasil survei Ipsos Global yang diterbitkan awal Februari lalu, yang dikutip oleh majalah Time, Kamis 1 Maret 2012, menitikberatkan pada kategori “bahagia” dan “sangat bahagia.” Melibatkan 18.687 responden dewasa dari 24 negara dunia, Indonesia masuk dalam posisi teratas dalam kategori negara yang sangat berbahagia.  Dikutip dari VIVAnews.com

Mengapa Saya Sulit Bahagia?

Anda Sudah Memiliki segalanya,tapi masih juga tak bahagia. Makin Di Kejar, Kenapa Kebahagiaan justru makin sulit di raih?
Farida Alamsyah (39) adalah orang penting di sebuah bank swasta di Singapura.Namun jabatan bergengsi dan insentif istemewa itu harus dibayarnya dengan jam kerja panjang serta tingkat stress sangat tinggi, karena pekerjaaan berhubungan dengan naik –turunnya nilai mata uang di seluruh dunia. Ia bahkan tak punya energy lagi untuk menjalani aktifitas sehari-hari. Jabatan dan penghasilannya yang di dambakan banyak orang itu ternyata tetap tak mampu membuatnya bahagia.
Ilustrasi di atas adalah pengalaman kehidupan Farida beberapa tahun lalu. Di usianya yang masih produktif,34 tahun. Akhirnya ia memutuskan meninggalkan kariernya, untuk kemudian mengejar kebahagiaan hidup sebagai instruktur yoga.
“Keputusan itu tidak saya ambil tiba-tiba. Saat ketidak bahagiaan itu muncul, saya mencoba mencari solusinya. Kebetulan saya membaca the art of living, yang salah satunya mengajarkan yoga,” papar Farida, yang menolak mencari pekerjaan baru, karena tetap akan mendapatkan stress dalam bentuk yang berbeda.
Sebelum memutuskan berhenti bekerja, selama beberapa waktu ia sempat mempraktikan yoga setiap pagi sebelum brangkat ke kantor.  Ia memang mendapatkan energy baru,  namun hanya sementara. Energi itu langsung menguap lagi dengan mudah ketika memasuki kantor.
“Hal itulah yang membuat saya memutuskan berhenti bekerja. Teman-teman banyak yang menyayangkan keputusan itu, tetapi saya memilih mendengarkan suara hati,” ungkap farida, yang awalnya tak terpikir untuk mengajar yoga. Setelah berhenti bekerja, secara khusus ia mempelajari yoga di india dan Kanada agar bisa mendapatkan ilmu yoga yang benar, untuk kemudian di praktekan sehari-hari.
“Kata hati memang hal yang jarang didengar saat ini,” demikian pendapat Erbe Sentanu yang akrab di sapa Nunu, Spiritual Motivator, pendiri Katahati Institute, yang memopulerkan Teknologi Quantum Ikhlas DigitalPrayer untuk mengatasi berbagai masalah klien-kliennya. Kebanyakan orang lebih membiarkan pikiran memerintah prilaku sehari-hari.
“Padahal, pikiran hanya menilai hitam dan putih, atau salah dan benar saja. Jika pikiran yang menguasai Farida saat itu, tindakannya meninggalkan karier yang sedang gemilang itu seperti tak masuk akal. Melepas gaji selangit demi menekuni yoga? padahal justru kata hati-lah yang akan menuntun seseorang ke jalan yang tepat. Buktinya kini Farida bisa menemukan kebahagiaanya dan juga tetap mendapat penghasilan,”lanjut Nunu. Farida mengakui, banyak teman sekerjanya yang sebenarnya juga merasakan tekanan yang nyaris tak tertahankan. ”Namun mungkin mereka bertahan karnatelah berkeluarga, jadi terpaksa harus bekerja untuk hidup. Mereka Memilih melewatkan kebahagiaan, demi mendapatkan kenyamanan lewat uang yang bisa membeli semua yang mereka inginkan,” ungkap Farida,yang sampai saat ini masih melajang.
GEDE PRATAMA, ispirator dan motivator terkenal,mengungkapkan,saat ini kebahagiaan adalah komoditas yang dicari atau di beli. Kemanapun akan di kejar, berapapun harganya akan di beli. ”Ada yang membelinya lewat mobil baru, rumah bagus, barang bermerk, bahkan oprasi plastik. Ada juga yang mencarinya lewat jabatan, nama terkenal, dan nama baik. Namun, kebahagiaan yang di cari di luar akan bersifat dating dan pergi dengan mudahnya, seperti gelembung sabun, lanjut Gede.

Kurang Satu Menghapus Yang Lain

Model dan presenter Susan Bactiar (33) juga pernah merasakan ketidakbahagiaan dalam hidupnya. Hingga tiga tahun pernikahan, ia dan suaminya (yang sama-sama dinyatakan sehat) belum di karuniai anak.
“Saya merasa sudah melakukan segalanya, seperti ke dokter dan berdoa. Beberapa kali ikut program memiliki anak juga gagal, sementara saat itu para sahabat dan kerbat yang belakangan menikah, satu demi satu sudah memiliki anak. Saya resah,bahkan merasa di hukum oleh Tuhan karena kesalahan yang saya tidak ketahui,”kata Susan, yang sempat mogok ke gereja.
Menurut Gede, hidup ini sebenarnya sudah sempurna. Manusia yang memiliki banyak keinginanlah yang membuat hidup mereka seolah seba kekurangan. Penyebap paling dominan dari ketidakbahagiaan memang berasal dari diri sendiri. Faktor-faktor dari luar hanya memperkuat factor dari dalam.
“Orang merasa tak bahagia karena selalu ‘berkelahi’dengan diri sendiri dan kehidupan. Mereka merasa tidak puas dan tidak menerima kenyataan. Apalagi jika keinginan itu selalu di bandingkan dengan kehidupan orang lain, sehingga memunculkan rasa tidak bahagia dan ketidakadilan. Membandingkan boleh saja, tetapi jangan selalu melihat ke atas, sesekali juga perlu membandingkan ke bawah,” ujar Gede.
Menurut Nunu, banyak orang beranggapan bahwa setiap hari ia akan berhadapan dengan berbagai peristiwa yang mengecewqakan,atau yang membahagiakan. ”Padahal, tidak ada yang membuat kita kecewa atau bahagia, kecuali diri kita sendiri. Jika kita kecewa terhadap sesuatu atau seseorang, itu adalah keputusan kita sendiri untuk merasa kecewa. Begitu juga ketika kita memutuskan merasa bahagia menerima berbagai peristiwa, maka kita akan berbahagia. Manusia bebas memilih untuk kecewa maupun berbahagia”
Gede menambahkan, kebanyakan orang tidak menyukai kesedihan dan mencintai kesenangan. padahal kesenangan tak mengajarkan apapun. Nunu mengatakan hal senada.”Seseorang harus memiliki skill untuk mengdapi cobaan. Semua yang tak menyenangkan adalah guru kehidupan. Hidup adalah sebuah siklus, ada masa-masa gelap, ada saat-saat terang. Contohnya, saat suami bermasalah, anggap saja anda sedang menghadapi malam yang gelap. Kalau anda bisa bersabar, malam akan berganti pagi yang membawa terang lagi.”Lanjut Nunu.

Tidak ada komentar: