Senin, 25 Juni 2012

Manajemen ikhlas Untuk Berbahagia

Virus Affluenza tak hanya menyerang kaum berada. Jika tak punya perasaan bersyukur, siapapun bisa diserang affluenza dalam bentuk yang berbeda-beda. Orang tidak mampu sekalipun akan diganggu rasa tidak bahagia kalau ia selalu iri dan cemburu pada orang yang diatas lebih mampu darinya.
Pemicu ketidak bahagiaan di masyarakat modern antara lain muncul karena kita sering takut pada hal-hal yang belum terjadi, atau menuntut diri sendiri terlalu tinggi.
Salah satu cara menghindari affluenza adalah dengan menerapkan metode ikhlas. Didalam diri kita terdapat Zona nafsu dan Zona ikhlas. Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan namun terasa menyesakkan. Zona ini diliputi energi rendah, berisi perasaan negatif, cemas, takut, keluh kesah, dan amarah. Adapun Zona ikhlas adalah zona bebas hambatan yang terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti Zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi tinggi, seperti rasa syukur dan bahagia.
Ikhlas adalah keterampilan untuk berserah diri, baik harapan, keinginan, maupun kekhawatiran kepada Tuhan. Hati yang tidak ikhlas harus diatasi. Jika tidak, hati akan terus menebak-nebak. ” Jika punya mobil mewah, pasti hidup saya akan lengkap. Jika memiliki anak, pasti saya akan lebih bahagia. Jika punya suami, pasti saya akan lebih tenang, dan seterusnya.”
Ikhlas sering diartikan hanya ditujukan untuk orang-orang dalam kondisi tertentu, misalnya tidak mampu, tengah di timpa musibah, terpojok, atau bahkan menjelang ajal. Padahal semua orang, termasuk mereka yang sudah mapan, harus terus melatih rasa ikhlas. Karena, ikhlas merupakan kompetensi tertinggi manusia yang diberikan Tuhan.
Ikhla juga tidak berarti kita harus melepaskan semua keinginan dalam hisup. Kita tetap bisa mengejar mimpi-mimpi kita, namun, ketika kita ikhlas, di dalam hati akan timbul rasa syukur, sabar, fokus, dan tenang selama proses menuju sesuatu yang diinginkan, karena dalam keikhlasan, kita sepenuhnya menyerahkan semua keputusan pada Tuhan, meski tetap wajib berusaha.
Rasa ikhlas bisa terus dipelihara, jika kiya mampu menjaga diri dari beberapa hal, misalnya tidak “ngotot” ingin diakui dan dipuji, dan menghindari orang-orang yang dipenuhi rasa takut, marah, serta mudah mengeluh dan putus asa. (RBS)

Tidak ada komentar: