Minggu, 14 Oktober 2012

Kisah Menyentuh Pemulung Cina yang Menyelamatkan Puluhan Bayi yang Dibuang Orangtuanya | Pemulung ini Memungut dan Membesarkan 30 Bayi Demi Cinta



Meskipun hanya seorang pemulung, namun Lou Xiaoying telah memnyelamatkan puluhan bayi yang ditelantarkan orang tuanya

Seorang wanita asal Cina telah dipuji sebagai pahlawan, setelah rincian kisah tentang usahanya yang menakjubkan membesarkan puluhan anak-anak terlantar muncul.
Lou Xiaoying, yang sekarang berusia 88 tahun menemukan dan kemudian mengasuh lebih dari 30 orang bayi yang ditinggalkan di jalan-jalan Jinhua, di bagian timur provinsi Zhejiang, Cina, dimana ia sehari-hari mencari nafkah dengan mendaur ulang sampah.
Ia bersama mendiang suaminya Li Zin, yang meninggal 17 tahun lalu, kemudian membesarkan empat dari anak-anak yang dibuang oleh orang tua mereka tersebut, dan kemudian memberikan yang lain ke teman dan keluarga mereka agar para anak-anak malang tersebut dapat memulai hidup baru.


She is now dying from kidney failure and her husband died 17-years-ago. Lou said she loved watching the babies grow into healthy children
Lou is now dying from kidney failure. She is pictured here with two of the children she helped rescued

Lou, left, caring her the babies with her husband Li Zin. She would give them to friends and family after she rescued them
Lou, left, caring her the babies with her husband Li Zin. She would give them to friends and family after she rescued them


Anak termudanya, Zhang Qilin yang sekarang baru berusia tujuh tahun ditemukan di tempat sampah oleh Lou saat ia berusia 82 tahun.
�Meskipun sudah mulai tua, namun saya tidak bisa mengabaikan bayi itu dan membiarkannya mati di tempat sampah. Dia tampak begitu manis saya kemudian memutuskan untuk membawanya pulang bersama saya, �katanya.
Lou menceritakan bahwa semuanya berawal ketika ia menemukan bayi pertama, yaitu seorang gadis kecil pada tahun 1972, ketika ia sedang mengumpulkan sampah. Bayi itu ia temukan berbaring di antara sampah di jalannan, ditinggalkan oleh orangtuanya.
Ia kemudian memutuskan untuk menyelamatkan bayi tersebut, dan membawanya pulang.

Lou, who is now in hospital, has become iconic in her village and people have said she puts the government and other officials to shame
Lou, who is now in hospital, has become iconic in her village and people have said she puts the government and other officials to shame
Lou made a living from collecting and recycling rubbish, she said that she would never leave the children after coming across them, abandoned
Lou made a living from collecting and recycling rubbish, she said that she would never leave the children after coming across them, abandoned



Lou, yang memiliki seorang putri biologis, yaitu Zhang Caiying dan sekarang berusia 49 tahun, telah mengabdikan hidupnya untuk merawat bayi-bayi yang ditinggalkan orang tua mereka akibat kebijakan ketat pemerintah Cina terhadap kelahiran anak.
Perbuatan wanita yang saat ini terbaring sekarat karena gagal ginjal ini sungguh mulia, dimana dalam segala kekurangan, ia masih peduli untuk menolong sesama, yang membuatnya diangkat sebagai pahlawan oleh para penduduk Cina lainnya.
Lou Xiaoying, dan mendiang suaminya, Li Zin, merawat bayi yang ditinggalkan orangtuanya
Bahkan, kabar tentang kisahnya ini telah menyebar di Cina, dan menggerakkan hati orang-orang yang mendengar kisahnya.
�Dia mempermalukan pemerintah, sekolah dan orang-orang yang hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun. Dia tidak punya uang atau kekuasaan, tetapi ia menyelamatkan anak-anak dari kematian.� tutur seorang penggemarnya.



Pemulung ini Memungut dan Membesarkan 30 Bayi Demi Cinta



Kesusahan hidup, tinggal di antara tumpukan sampah, tak menghalangi seorang pemulung jadi penyelamat kehidupan 30 bayi yang terbuang.

Lou Xiaoying, usianya kini sudah renta, 88 tahun. Pada foto di bawah, terlihat betapa lemahnya kondisi Lou yang terbaring sakit karena gagal ginjal. Toh, ia adalah wanita juru selamat bagi bayi-bayi yang dibuang orang tua tak bertanggung jawab.


Lou dan suami terakhirnya, Li Zin - yang lebih dulu berpulang 17 tahun lalu pertama kali merawat seorang bayi perempuan pada tahun 1972.

"Bayi mungil itu tergeletak di atas tumpukan sampah. Tak lama lagi bakal mati kalau kami tidak segera menyelamatkannya," kenang Lou.

Selama 40 tahun kemudian Lou dan suaminya telah merawat sekitar 30 bayi terbuang. Suami-istri pemulung ini juga dibantu satu-satunya anak perempuan biologis, Zhang Caiying (kini 49 tahun) yang ikut menjaga 'adik-adiknya'.

Meskipun usia Lou semakin tua, ia tetap memungut bayi-bayi dari sampah dan merawatnya penuh cinta. Saat ini, masih ada Zhang Qilin (7 tahun) yang dibesarkan Lou dengan bantuan puterinya.

"Walau saya sudah tua, saya tidak bisa membiarkan bayi-bayi yang dibuang dan dibiarkan mati di antara sampah oleh orang tuanya. Anak-anak ini membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Mereka merupakan harta paling berharga dalam kehidupan manusia. Saya tak mengerti mengapa ada orang tega membuang bayi yang rapuh?" tanya Lou penuh haru.


Lou yang tinggal di propinsi Zhejiang bagian timur sudah dianggap pahlawan lokal oleh penduduk setempat.

Sepertinya, ia bukan saja pahlawan di daerahnya, melainkan juga menjadi teladan bagus bagi kita.

Untuk menjadi seorang pahlawan, tak perlu puja-puji atau pengukuhan dari lembaga bikinan manusia. Sebaliknya, menjadi pahlawan adalah melakukan kebaikan tanpa pamrih demi kemanusiaan. Karena upah surga dari Sang Kuasa adalah piagam paling mulia bagi seorang pahlawan.


Catatan
Peraturan di Cina yang diperkenalkan sejak tahun 1978 tentang "Kebijakan perencanaan kelahiran" diklaim oleh pemerintah berhasil mencegah 400 juta kelahiran.

Peraturan tersebut juga mengenakan denda bagi penduduk yang melanggar, sekaligus memberi piagam penghargaan dan upah tambahan bagi yang menaati peraturan. Upah bagi penduduk diberikan hingga anak mencapai usia 14 tahun.

Peraturan ini secara tak langsung membatasi kelahiran bayi perempuan. Karena pasangan suami-istri diijinkan memiliki anak kedua bila anak sulung yang lahir ternyata perempuan. Kenyataan ini yang mungkin jadi penyebab banyaknya bayi-bayi perempuan dibuang. Dailymail melansir sekitar ribuan bayi perempuan ditelantarkan hingga mati sejak peraturan tersebut berlaku.

Tindakan ini tentu merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Anehnya, dalam suatu survei di tahun 2008, melaporkan 76% masyarakat mendukung peraturan ini.

Masalah populasi menjadi masalah serius di Cina dan banyak negara lainnya. Namun, kebijakan pemerintah yang menghargai hak asasi seharusnya tidak dikesampingkan begitu saja, bukan?

Tidak ada komentar: