1 Klasifikasi Anggrek Bulan
Dalam taksonomi tumbuhan (Cronguis,
1981 dalam
Risa, 2007 dan Sukardi, 1991
dalam Risa, 2007) klasifikasi anggrek adalah sebagai berikut :
Divisio : Magnoliopthyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Sub family : Orchidoide
Genus : Phalaenopsis
Divisio : Magnoliopthyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceae
Sub family : Orchidoide
Genus : Phalaenopsis
Species : Phalaenopsis
amabilis (L)
2.2 Morfologi
Morfologi tanaman
Anggrek Bulan sebagai berikut:
a.
Akar
Akar anggrek bulan berwarna putih
dan berbentuk bulat memanjang serta terasa berdaging.
b.
Batang
Phalaenopsis
termasuk anggrek berbatang monopodial (Sutiyoso dan Sarwono, 2009).
c.
Daun
Daun anggrek bulan berwarna hijau dengan bentuk bulat memanjang.
d.
Bunga
Bunga anggrek biasanya memiliki tiga buah sepalum atau daun kelopak bunga. Dua di antaranya dinamakan daun
kelopak samping (sepala literata),
sedangkan sisanya dinamakan daun kelopak punggung (sepalum dorsale) karena berada di punggung (dorsal) bunga.
Selain itu, tanaman anggrek juga memiliki dua buah daun mahkota atau petala yang letaknya saling berseling
dengan sepala. Di antara kedua petala terdapat bagian yang dinamakan petalum atau bibir bunga.
Di pusat bunga terdapat
alat yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan dan betina yang menjadi satu
bagian. Alat kelamin jantan dinamakan stermona
atau benang sari, sedangkan alat kelamin betina dinamakan tangkai putik atau gynostemium.Syarat Tumbuh
Phalaenopsis
lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 500 – 800 m dpl. Suhunya
berkisar antara 18o C – 26o C yang memiliki peranan
penting untuk pertumbuhan dan pembungaan. Cahaya yang dibutuhkan Phalaenopsis ini adalah 1.000 – 1.500 fc
atau penyinaran sinar matahari sekitar 20-30%. Kelembaban yang dibutuhkan
adalah 60-75% (Darmono, 2009).
2.4 Teknik Budidaya
Teknik budidaya
anggrek bulan menurut Gunawan (2008) adalah sebagai berikut:
1) Media Tanam
Secara umum, media tumbuh harus dapat menjaga kelembaban di sekitar akar,
menyediakan cukup udara dan dapat menahan hara yang diberikan. Jenis media yang
digunakan tidaklah sama di setiap daerah. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak
tahun 1940 menggunakan media tumbuh berupa pecahan batu bata, moss, arang,
sabut kelapa, atau batang pakis. Selain itu ada juga yang menggunakan serutan
kayu (Redaksi Agromedia, 2007)
2) Sarana Penanaman
Sarana penanaman untuk menanam anggrek berupa pot dan penopang. Dalam hal
ini, penopang sangat diperlukan agar anggrek tidak mudah rebah. Pot yang
digunakan adalah pot tanah, pot plastik atau kotak kayu, sedangkan untuk
penopang yang digunakan biasanya kawat atau bambu.
3) Penanaman
Bibit
anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1
cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan
kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di
tanam dalam pot plastik. Tiga
bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm
atau 10 cm dan ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi media
2/3
bagian, kemudian
dimasukkan larutan fungisida 2 ml/l dan larutan pupuk organik suburi 2 ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman
(repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1
tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru (mospagebreak)
(Risa, 2007).
4) Pemeliharan
Pemeliharaan
meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Selain itu, agar
anggrek dapat tumbuh dan berbunga memuaskan, cahaya dan lingkungannya juga
harus diperhatikan.
·
Cahaya
Cahaya
optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk
menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah
bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi
tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga
dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya
tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari. Kebutuhan
cahaya untuk masing-masing genug anggrek dapat dilihat pada Tabel 1.
Jenis Anggrek
|
Kebutuhan Cahaya
|
Bulbophyllum
|
Cahaya sedang
|
Cattleya
|
Cahaya sedang
sampai terang
|
Coelogyne
|
Cahaya teduh
sampai sedang
|
Dendrobium
|
Cahaya sedang
sampai terang
|
Cymbidium
|
Cahaya terang
sekali
|
Oncidium
|
Cahaya sedang
sampai terang
|
Paphiopedilum
|
Cahaya teduh
sampai terang
|
Phalaenopsis
|
Cahaya teduh
sampai sedang
|
Vanda
|
Cahaya sedang
sampai terang sekali
|
(Sumber:
Nesiaty dan Sitanggang, 2007)
· Nutrisi
dan Pemupukan
Nutrisi
Ada 16 unsur penting yanag
dibutuhkan tanaman, tiga unsur diantaranya diperoleh dari udara dan air, yaitu
unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan Oksigen (O). Dari ketiga belas unsur
lainnya, enam unsur di antaranya dibutuhkan dalam jumlah besar (unsur makro),
yaitu Nitrogen (N), Posfor (P), Kalium/Potasium (K), Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg) dan Sulfur (S).
Pemupukan
Unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tersebut di atas diambil dari media tumbuh dan dari pemberian pupuk.
Campuran pupuk yang lengkap telah disusun oleh Post pada tahun 1952. Campuran
itu terdiri dari unsur makro seperti Tabel 2.
Unsur makro
|
Dosis
|
Kalium nitrat
|
100 g
|
Magnesium sulfat
|
100 g
|
Monobosic potasium fosfat
|
100 g
|
Amonium sulfat
|
100 g
|
Ferry fosfat
|
25 g
|
(Sumber: Gunawan, 2008)
Semua bahan di atas dilarutkan ke dalam 1 liter air kemudian diambil 400
ml untuk campuran 100 liter larutan bahan makro. Larutan pupuk diberikan
seminggu sekali pada tanaman anggrek. Karena campuran ini sulit dibuat, maka
banyak peneliti menganjurkan pemberian pupuk majemuk. Pupuk majemuk untuk
anggrek dianjurkan yang mengandung 10% N, 4% P, 6% K, 15% S, dan 7% Ca. Pupuk
umumnya diberikan dalam larutan, jumlahnya 1 g/10 liter air dan digunakan untuk
penyiraman seminggu sekali.
·
Penyiraman
Penyiraman merupakan salah satu faktor pemeliharaan yang kritis.
Kebutuhan air sangat tergantung pada jenis tanaman, ukuran tanaman, jenis
media, jenis pot, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pemberian
air yang berlebihan sering merugikan anggrek. terutama di daerah yang lembab,
kelebihan air adalah faktor utama penyebab kematian. Cara pemberian yang baik
adalah melalui nozzle penyemprot.
Dengan alat ini, butiran air dapat diatur sehingga tidak menghanyutkan media
tumbuh atau merusak batang dan bunga.
·
Pengendalian
Hama Penyakit (Deptan, 2005)
Hama
§ Tungau/kutu
perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun, berwarna kemerahan jumlahnya banyak, bekas serangan berupa bercak hitam
dan juga merusak daun. Pengendalian: digosok
dengan kapas dan air sabun, apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh
insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
§ Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh
cendawan.
Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan
bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
§ Belalang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak
beraturan. Untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat.
Pengendalian: segera semprotkan insektisida yang bersifat
racun kontak atau yang sistemik, bila jumlahnya sedikit bisa
langsung dimusnahkan atau dibunuh.
§ Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda, menimbulkan bercak abu-abu
dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidak menarik.
Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek
disemprot insektisida.
§ Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut, tapi tidak menyerang tunas daun.
Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot
anggrek.
§ Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek.
Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh, bila jumlah banyak perlu memakai
insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
§ Red
Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun, permukaan atas menjadi kuning dan
lama kelamaan daun mati.
Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan
isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol, apabila banyak maka perlu
menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
§ Kumbang
Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang
penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak
dari luar, larvanya
yang menetas dari telur merusak daun anggrek.
Pengendalian: menyemprotkan tanaman yang diserang dengan
meng-gunakan insektisida sistemik secara
rutin, bersihkan pot dari kepompong dan
telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru
pula.
§ Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun
bunga yang sedang mekar.
Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat
dibunuh dengan tangan, bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik, tanaman yang telah diserang
sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
§ Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga
menyebabkan bintik putih/kuning, tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan tidak
berhijau daun lagi.
Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untuk
membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
§ Kutu
tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna
coklat dan mati.
Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan
trips.
Penyakit
§ Penyakit
buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan
ini terbawa oleh biji anggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji
anggrek tidak mampu berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal, kecambah yang telah tumbuh kalau
diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal serangan media
agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan dengan
steril, kalau kecambah anggrek terlanjur
besar, segera dikeluarkan dari botol dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
§ Penyakit
rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian.
Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening
pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh
pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan
mati. Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai
musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan fungisida.
§ Penyakit
bercak coklat
Kecambah jenis Phalaenopsis
sangat peka terhadap bakteri ini, terutama pada cuaca sangat lembab. Infeksi
melalui daun basah atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada
daun sehat dapat menularkan penyakit ini. Gejala: bercak kecil bening pada
pucuk daun. Dalam beberapa hari dapat meluas ke seluruh kompot, daun
kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit ini sangat ganas, karena
mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal
serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan
seluruh kecambah anggrek.
§ Penyakit
bercak hitam
Pada tanaman anggrek penyakit ini cepat menular malalui akar
dan alat yang tidak sterill. Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian
tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke bawah
hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan kematian.
Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau disemprotkan
fungisida,
alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
§ Penyakit
busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia
solani. Gejala: akar leher membusuk
mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput,
tipis dan bengkok, tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua bagian
tanaman yang sakit dipotong dan dibuang, bekasnya disemprot dengan fungisida
(Benlate).
§ Penyakit
layu
Penyebab: cendawan Fusarium
oxyporium. Gejala: mirip serangan penyakit
busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran berwarna
ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan
pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yang
terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera
dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat
aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
§ Penyakit
busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium
rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil
kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian:
bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media tanaman dan seluruh pot
didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik
Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
§ Penyakit
bercak coklat
Gejala: bercak coklat pada permukaan
daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendalian: membuang semua
bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau
Physan 20.
§ Penyakit
busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora. Gejala: daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit ini
cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma dan umbi batang, penyebarannya
agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, bagian yang sakit
dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dengan
formalin 4 %. Selain itu pengendaliannya bisa menggunakan fungisida Benlate atau Dithane
(Santoso, 2006)
§ Penyakit
bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum).
Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun.
Pengendalian: hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yang sakit
serta menstrerilkan semua alat potong.
§ Penyakit
Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic cymbidium. Gejala: semula berupa bercak kekuningan lalu muncul
jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak
tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematian jaringan di
tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan
adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu
membuang bagian tanaman yang sakit, serta mensterilkan segala alat yang
dipakai.
§ Penyakit
busuk hitam
Penyebab: cendawan Phytopytora omnivora. Gejala: muncul warna kehitaman pada pangkal daun, lalu
melunak dan busuk, akhirnya daun mati. Pengendalian: semprotkan fungisida
seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk
yang berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 liter air.
·
Panen
dan Pasca panen (Deptan, 2005)
Keistimewaan
tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk
mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan
pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu
dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca
produksi tanaman anggrek. Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek
bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan,
etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek
pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan,
temperatur dan lama pengangkutan.
Anggrek pot
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman
pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan
bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan
untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit
dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada
tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase
bunga yang mekar masih rendah.
Kelebihan dan Kekurangan Media Anggrek
Nama Media
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Pakis
|
· Mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik
· Aerasi dan drainase baik
· Lapuk secara perlahan sehingga mengurangi frekuensi pergantian media
· Mengandunga unsur hara yang diperlukan anggrek
|
· Disukai semut dan hewan-hewan kecil lainnya bahkan mikroorganisme
|
Moss
|
· Mengikat dan menyimpan air sangat baik
· Aerasi dan drainase udara baik
· Tidak cepat lapuk
· Mengandung unsur hara yang diperlukan untuk anggrek
· Rongga udara banyak sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang dengan
leluasa
|
· Harganya relatif mahal
· Ketersediaanya yang langka
|
Sabut Kelapa
|
· Mudah mengikat dan menyimpan air dengan baik
· Mengandung unsur hara yang diperlukan
· Mudah diperoleh dalam jumlah besar
|
· Mudah lapuk
· Kuatnya menyimpan air sehingga menjadi sumber penyakit busuk akar dan
busuk tunas anakan
|
Arang Kayu
|
· Aerasi dan drainase baik
· Banyak rongga-rongga udara sehingga akar tanaman bisa leluasa tumbuh dan
berkembang
· Proses pelapukan lambat
|
· Daya simpan air kurang baik
· Miskin unsur N
|
Pecahan batu bata
atau genting
|
· Disimpan di bawah untukk memperbaiki aerasi dan drainase
· Wadah dan pot agar tidak rebah
· Adanya rongga untuk kebebasan akar untuk tumbuh dan berkembang
· Jalan masuk oksigen yang diperlukan akar untuk proses respirasi
· Menjaga tingkat kelembaban
|
· Pecahan genting kurang dalam penyerapan dan penyimpanan air
·
Batu bata lebih cepat
ditumbuhi algae (ganggang)
|
(Darmono, D.W, 2008)
Periode Pupuk
|
Keterangan
|
Pupuk Masa
Pertumbuhan
|
a) Pupuk dengan kandungan N tinggi atau N, P dan K seimbang
· Merek: Bayfolan, Vitabloom, Gandasil, Hyponex merah, Hyponex hijau,
Gandasil 63, dan lain-lain
· Dosis: 1-3 g/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
b) Pupuk organik cair
· Merek: Orchid Fertilizer atau Flower Up
· Dosis: 1 ml/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
|
Pupuk Masa
Pembungaan
|
a)
Pupuk daun dengan kandungan P
dan K tinggi
· Merek: Gandasil B, Gaviota, Growmore oranye, Hyponex merah dan lain-lain
· Dosis: 1-3 g/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
· Rekomendasi: diberikan pada saat anggrek memasuki masa berbunga
b)
Pupuk daun dengan kandungan N
seimbang
· Merek: Hyponex hijau, Growmore hijau, Gandasil 63 dan lain-lain
· Dosis: 1-3 g/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
· Rekomendasi: diberikan secara berselang-seling dengan pupuk daun dengan
kandungan P dan K tinggi
c)
Pupuk organik cair
· Meek: M-Bio, Bio Mikro, MSA dan lain-lain
· Dosis: 1 ml/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
Aplikasi: disemprot ke seluruh daun dan disiran ke media tanam
|
Pupuk Pasca
Pembungaan
|
Pupuk daun dengan
kandungan N seimbang
· Merk: Hyponex hijau, Growmore hijau, Gandasil 63 dan lain-lain
· Dosis: 1-3 g/l air
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
· Rekomendasi: diberikan secara berselang-seling dengan pupuk daun dengan
kandungan P dan K tinggi
|
Suplemen
|
Vitamin B
· Dosis: 1 ml/l
· Frekuensi: seminggu sekali
· Aplikasi: diberikan bersamaan dengan pupuk daun
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar