Rabu, 08 Januari 2014

TEKNIK BUDIDAYA ANGGREK BULAN

1     Klasifikasi Anggrek Bulan

Dalam taksonomi tumbuhan (Cronguis, 1981 dalam Risa, 2007 dan Sukardi, 1991 dalam Risa, 2007) klasifikasi anggrek adalah sebagai berikut : 
Divisio
             : Magnoliopthyta
Kelas
               : Liliopsida
Ordo
                : Orchidales
Famili
              : Orchidaceae    
Sub family
       : Orchidoide
Genus
              : Phalaenopsis
Species            : Phalaenopsis amabilis (L)

2.2     Morfologi

Morfologi tanaman Anggrek Bulan sebagai berikut:
a.    Akar
Akar anggrek bulan berwarna putih dan berbentuk bulat memanjang serta terasa berdaging.
b.    Batang
Phalaenopsis termasuk anggrek berbatang monopodial (Sutiyoso dan  Sarwono, 2009).
c.    Daun
Daun anggrek bulan berwarna hijau dengan bentuk bulat memanjang.
d.   Bunga
Bunga anggrek biasanya memiliki tiga buah sepalum atau daun kelopak bunga. Dua di antaranya dinamakan daun kelopak samping (sepala literata), sedangkan sisanya dinamakan daun kelopak punggung (sepalum dorsale) karena berada di punggung (dorsal) bunga.
Selain itu, tanaman anggrek juga memiliki dua buah daun mahkota atau petala yang letaknya saling berseling dengan sepala. Di antara kedua petala terdapat bagian yang dinamakan petalum atau bibir bunga.
Di pusat bunga terdapat alat yang berfungsi sebagai alat kelamin jantan dan betina yang menjadi satu bagian. Alat kelamin jantan dinamakan stermona atau benang sari, sedangkan alat kelamin betina dinamakan tangkai putik atau gynostemium.


Syarat Tumbuh

Phalaenopsis lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 500 – 800 m dpl. Suhunya berkisar antara 18o C – 26o C yang memiliki peranan penting untuk pertumbuhan dan pembungaan. Cahaya yang dibutuhkan Phalaenopsis ini adalah 1.000 – 1.500 fc atau penyinaran sinar matahari sekitar 20-30%. Kelembaban yang dibutuhkan adalah 60-75% (Darmono, 2009).

2.4     Teknik Budidaya

Teknik budidaya anggrek bulan menurut Gunawan (2008) adalah sebagai berikut:
1)   Media Tanam
Secara umum, media tumbuh harus dapat menjaga kelembaban di sekitar akar, menyediakan cukup udara dan dapat menahan hara yang diberikan. Jenis media yang digunakan tidaklah sama di setiap daerah. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tumbuh berupa pecahan batu bata, moss, arang, sabut kelapa, atau batang pakis. Selain itu ada juga yang menggunakan serutan kayu (Redaksi Agromedia, 2007)
2)    Sarana Penanaman
Sarana penanaman untuk menanam anggrek berupa pot dan penopang. Dalam hal ini, penopang sangat diperlukan agar anggrek tidak mudah rebah. Pot yang digunakan adalah pot tanah, pot plastik atau kotak kayu, sedangkan untuk penopang yang digunakan biasanya kawat atau bambu.
3)    Penanaman
Bibit anggrek botolan yang telah berusia 1 tahun atau daunnya sudah mencapai 1 cm dan sudah muncul 2-3 helai akar. Anggrek dikeluarkan dari botol menggunakan kawat yang dibengkokkan pada bagian ujungnya. Anggrek yang baru dikeluarkan di tanam dalam pot plastik. Tiga bulan kemudian, tanaman dipindahkan ke pot yang lebih kecil yaitu ukuran 8 cm atau 10 cm dan ditanami 3-5 tanaman. Pot diisi media 2/3 bagian, kemudian dimasukkan larutan fungisida 2 ml/l dan larutan pupuk organik suburi 2 ml/l. Setelah 3 bulan dilakukan pemindahan tanaman (repotting), ke dalam pot yang lebih besar yaitu ukuran 18 cm dan ditanami 1 tanaman saja. Setiap 6-8 bulan sekali media diganti dengan yang baru (mospagebreak) (Risa, 2007).
4)   Pemeliharan
Pemeliharaan meliputi pemupukan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Selain itu, agar anggrek dapat tumbuh dan berbunga memuaskan, cahaya dan lingkungannya juga harus diperhatikan.
·      Cahaya
Cahaya optimum yang diperlukan oleh tiap tanaman harus dipertahankan untuk menghasilkan tanaman yang mempunyai masa penampilan yang lebih baik, jumlah bunga maksimum, pembentukan daun yang sempurna, warna bunga indah, dan tinggi tanaman yang memadai. Umumnya tanaman pot berbunga indah akan membentuk bunga dalam jumlah maksimum dengan warna yang indah pada kondisi ruang bercahaya tinggi, meskipun cahaya matahari langsung dihindari. Kebutuhan cahaya untuk masing-masing genug anggrek dapat dilihat pada Tabel 1.
    
Tabel 1 Kebutuhan Cahaya untuk Masing-masing Genus Anggrek
Jenis Anggrek
Kebutuhan Cahaya
Bulbophyllum
Cahaya sedang
Cattleya
Cahaya sedang sampai terang
Coelogyne
Cahaya teduh sampai sedang
Dendrobium
Cahaya sedang sampai terang
Cymbidium
Cahaya terang sekali
Oncidium
Cahaya sedang sampai terang
Paphiopedilum
Cahaya teduh sampai terang
Phalaenopsis
Cahaya teduh sampai sedang
Vanda
Cahaya sedang sampai terang sekali
(Sumber: Nesiaty dan Sitanggang, 2007)
·      Nutrisi dan Pemupukan
Nutrisi
Ada 16 unsur penting yanag dibutuhkan tanaman, tiga unsur diantaranya diperoleh dari udara dan air, yaitu unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan Oksigen (O). Dari ketiga belas unsur lainnya, enam unsur di antaranya dibutuhkan dalam jumlah besar (unsur makro), yaitu Nitrogen (N), Posfor (P), Kalium/Potasium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S).
Pemupukan
Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tersebut di atas diambil dari media tumbuh dan dari pemberian pupuk. Campuran pupuk yang lengkap telah disusun oleh Post pada tahun 1952. Campuran itu terdiri dari unsur makro seperti Tabel 2.
          Tabel 2 Campuran Unsur Makro dan Dosis
Unsur makro
Dosis
Kalium nitrat
100 g
Magnesium sulfat
100 g
Monobosic potasium fosfat
100 g
Amonium sulfat
100 g
Ferry fosfat
25 g
(Sumber: Gunawan, 2008)
Semua bahan di atas dilarutkan ke dalam 1 liter air kemudian diambil 400 ml untuk campuran 100 liter larutan bahan makro. Larutan pupuk diberikan seminggu sekali pada tanaman anggrek. Karena campuran ini sulit dibuat, maka banyak peneliti menganjurkan pemberian pupuk majemuk. Pupuk majemuk untuk anggrek dianjurkan yang mengandung 10% N, 4% P, 6% K, 15% S, dan 7% Ca. Pupuk umumnya diberikan dalam larutan, jumlahnya 1 g/10 liter air dan digunakan untuk penyiraman seminggu sekali.
·      Penyiraman
Penyiraman merupakan salah satu faktor pemeliharaan yang kritis. Kebutuhan air sangat tergantung pada jenis tanaman, ukuran tanaman, jenis media, jenis pot, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Pemberian air yang berlebihan sering merugikan anggrek. terutama di daerah yang lembab, kelebihan air adalah faktor utama penyebab kematian. Cara pemberian yang baik adalah melalui nozzle penyemprot. Dengan alat ini, butiran air dapat diatur sehingga tidak menghanyutkan media tumbuh atau merusak batang dan bunga.
·      Pengendalian Hama Penyakit (Deptan, 2005)
Hama
§  Tungau/kutu perisai
Gejala: menempel pada pelepah daun, berwarna kemerahan jumlahnya banyak, bekas serangan berupa bercak hitam dan juga merusak daun. Pengendalian: digosok dengan kapas dan air sabun, apabila serangan sudah parah, harus disemprot oleh insektisida dengan dosis 2 cc/liter.
§  Semut
Gejala: merusak akar dan tunas muda yang disebabkan oleh cendawan.
Pengendalian: pot direndam dalam air dan ciptakan lingkungan bersih di sekitar rak/sebaiknya pot digantung.
§  Belalang
Gejala: pinggiran daun rusak dengan luka bergerigi tak beraturan. Untuk jenis belalang berukuran kecil, perlu pengamatan cermat.
Pengendalian: segera semprotkan insektisida yang bersifat racun kontak atau yang sistemik, bila jumlahnya sedikit bisa langsung dimusnahkan atau dibunuh.
§  Trips
Gejala: menempel pada buku-buku batang dan daun muda, menimbulkan bercak abu-abu dipermukaan daun dan merusak bunga hingga bentuk bunga tidak menarik.
Pengendalian: secara periodik dan teratur pot anggrek disemprot insektisida.
§  Kutu babi
Gejala: kerusakan yang ditimbulkan seperti akibat semut, tapi tidak menyerang tunas daun.
Pengendalian: perendaman dapat mengusir kutu babi dari pot anggrek.
§  Keong
Gejala: menyerang lembaran daun anggrek.
Pengendalian: dalam jumlah sedikit cukup diambil/dibunuh, bila jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
§  Red Spinder
Gejala: bercak putih di bagian bawah daun, permukaan atas menjadi kuning dan lama kelamaan daun mati.
Pengendalian: bila sedikit cukup diambil dengan menggunakan isolatip lalu dibakar/menggosok daun dengan alkohol, apabila banyak maka perlu menggunakan insektisida dengan bahan aktif diazinon, dicofol.
§  Kumbang
Gejala: yang terserang akan berlubang-lubang khusus kumbang penggerek batang kerusakannya berupa lubang di tengah batang dan tidak nampak dari luar, larvanya yang menetas dari telur merusak daun anggrek.
Pengendalian: menyemprotkan tanaman yang diserang dengan meng-gunakan insektisida sistemik secara rutin, bersihkan pot dari kepompong dan telur kumbang dengan jalan memindahkannya ke pot baru dan media tanam yang baru pula.
§  Ulat daun
Gejala: menyerang daun, kuncup bunga, tunas daun maupun bunga yang sedang mekar.
Pengendalian: kalau jumlahnya sedikit (2–5 ekor) dapat dibunuh dengan tangan, bila banyak dapat menggunakan insektisida sistemik, tanaman yang telah diserang sebaiknya dipisahkan dengan tanaman yang masih sehat.
§  Kepik
Gejala: menghisap cairan daun tanaman anggrek, sehingga menyebabkan bintik putih/kuning, tanaman yang diserang lama kelamaan akan gundul dan tidak berhijau daun lagi.
Pengendalian: semprotkan insektisida yang sama seperti untuk membasmi serangga lainnya, seperti ulat, kumbang dan trips.
§  Kutu tudung
Gejala: daun menjadi kuning, tidak sehat, lalu berwarna coklat dan mati.
Pengendalian: seperti halnya membasmi ulat kumbang dan trips.
Penyakit
§  Penyakit buluk
Sering terdapat di dalam media tanam, kultur spora cendawan ini terbawa oleh biji anggrek karena tutup botol tidak steril. Gejala: biji anggrek tidak mampu berkecambah dan persemaian dalam botol akan gagal, kecambah yang telah tumbuh kalau diserang cendawan ini akan mati/layu. Pengendalian: pada awal serangan media agar dikeluarkan dari botol, lalu botol ditutup kembali, dilakukan dengan steril, kalau kecambah anggrek terlanjur besar, segera dikeluarkan dari botol dan dicuci dengan fungisida lalu kecambah ditanam dalam pot.
§  Penyakit rebah kecambah
Merupakan penyakit anggrek selama masih dalam persemaian. Penyebaran penyakit ini lewat air. Gejala: semula berupa bercak kecil bening pada permukaan daun, lalu melebar, menulari ke atas sampai pada titik tumbuh pada tunas serta ke bawah hingga ujung akar, kecambah anggrek akan membusuk dan mati. Pengendalian: bibit yang sakit sebaiknya segera dibuang, dibakar sampai musnah. Pot dan kumpulan kecambah dikeringkan dan disemprot dengan fungisida.
§  Penyakit bercak coklat
Kecambah jenis Phalaenopsis sangat peka terhadap bakteri ini, terutama pada cuaca sangat lembab. Infeksi melalui daun basah atau di bekas luka pada daun. Sentuhan daun yang sakit pada daun sehat dapat menularkan penyakit ini. Gejala: bercak kecil bening pada pucuk daun. Dalam beberapa hari dapat meluas ke seluruh kompot, daun kecambah anggrek menjadi rusak dan mati. Penyakit ini sangat ganas, karena mematikan dan cepat menular. Pengendalian: sangat sulit penyakit ini pada awal serangan. Pada serangan yang parah, tidak ada jalan lain kecuali memusnahkan seluruh kecambah anggrek.
§  Penyakit bercak hitam
Pada tanaman anggrek penyakit ini cepat menular malalui akar dan alat yang tidak sterill. Gejala: timbul warna coklat kehitaman pada bagian tanaman yang terserang. Mulai dari daun ke atas sampai ke tunas dan ke bawah hingga ujung akar. Tanaman terlambat tumbuh, kerdil dan mengakibatkan kematian. Pengendalian: bagian yang terserang dipotong dan dibuang atau disemprotkan fungisida, alat-alat potong disiram alkohol/dibakar sebelum digunakan.
§  Penyakit busuk akar
Penyebab: cendawan Rhizoctonia solani. Gejala: akar leher membusuk mencapai rhizoma dan umbi batang, daun dan umbi batang menguning, berkeriput, tipis dan bengkok, tanaman kerdil dan tidak sehat. Pengendalian: semua bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang, bekasnya disemprot dengan fungisida (Benlate).
§  Penyakit layu
Penyebab: cendawan Fusarium oxyporium. Gejala: mirip serangan penyakit busuk akar, namun pada rhizoma terdapat garis-garis, atau lingkaran berwarna ungu. Pada serangan berat, seluruh rizhoma menjadi ungu, diikuti pembusukan pada umbi batang, tanaman sangat tidak sehat. Pengendalian: bagian yang terserang dibuang lalu bekasnya disemprotkan Benlate. Tanaman segera dipindahkan ke media tanam baru, yang masih segar dan bersih. Usahakan terdapat aliran udara yang lancar di sekitar tanaman.
§  Penyakit busuk
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsi. Gejala: terdapat bintil-bintil kecil berwarna coklat pada bagian tanaman yang terkena penyakit. Pengendalian: bagian tanaman yang sakit dipotong dan dibuang. Media tanaman dan seluruh pot didesinfektan dengan larutan formalin 4 % ataupun fungisida/antibiotik Natrippene 0,5 % selama 1 jam.
§  Penyakit bercak coklat
Gejala: bercak coklat pada permukaan daun, lalu menyebar keseluruh bagian tanaman. Pengendalian: membuang semua bagian yang sakit, lalu semprotkan fungisida/ antibiotika Streptomycin atau Physan 20.
§  Penyakit busuk lunak
Penyebab: bakteri Erwinia carotovora. Gejala: daun dan akar membusuk serta berbau. Penyakit ini cepat sekali meluas namun khusus pada rhizoma dan umbi batang, penyebarannya agak lambat. Penanggulangan: peralatan kebun harus steril, bagian yang sakit dipotong dan dibuang. Semprotkan Physan 20, pot tanaman disemprot dengan formalin 4 %. Selain itu pengendaliannya bisa menggunakan fungisida Benlate atau Dithane (Santoso, 2006)
§  Penyakit bercak bercincin
Penyebab: virus TMVO (Tobacco Mozaic Virus Odontoglos-sum). Gejala: timbul lingkaran atau garis-garis kekuningan pada permukaan daun. Pengendalian: hanya dengan pencegahan yakni membuang bagian tanaman yang sakit serta menstrerilkan semua alat potong.
§  Penyakit Cymbidium
Penyebab: virus Mozaic cymbidium. Gejala: semula berupa bercak kekuningan lalu muncul jaringan mati berbintik, bergaris atau lingkaran. Khusus pada Cattleya, bercak tadi berwarna coklat atau hitam cekung. Kadang ada gejala kematian jaringan di tengah daun yang dilingkari jaringan normal. Daun tua banyak sekali menunjukkan adanya bintik jaringan yang mati. Pengendalian: hanya bersifat pencegahan yaitu membuang bagian tanaman yang sakit, serta mensterilkan segala alat yang dipakai.
§  Penyakit busuk hitam
Penyebab: cendawan Phytopytora omnivora. Gejala: muncul warna kehitaman pada pangkal daun, lalu melunak dan busuk, akhirnya daun mati. Pengendalian: semprotkan fungisida seperti Baycor Dithane M-45, Benlate, Ferban, Physan, Truban atau Banrot. Untuk yang berbentuk tepung gunakan dosis 2 gram/2 liter air.
·      Panen dan Pasca panen (Deptan, 2005)
Keistimewaan tanaman anggrek terletak pada penampilannya saat konsumsi, sehingga usaha untuk mempertahankan mutu penampilan selama mungkin menjadi tujuan utama penanganan pasca panen dan pasca produksi. Untuk melaksanakan upaya tersebut perlu dipahami berbagai faktor yang dapat mempengaruhi mutu pasca panen atau pasca produksi tanaman anggrek. Faktor yang mempengaruhi mutu pasca panen anggrek bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen dan kerusakan mekanis dan penyakit. Sedangkan yang mempengaruhi anggrek pot antara lain kultivar, stadia pertumbuhan, cahaya, medium, pemupukan, temperatur dan lama pengangkutan.
Anggrek pot
Stadia pertumbuhan (umur) tanaman pot anggrek berbunga indah pada saat dipasarkan merupakan faktor utama yang mempengaruhi penampilan tanaman tersebut di dalam ruangan. Perlu diperhatikan bahwa stadia yang tepat untuk pemasaran tergantung dari waktu yang diperlukan untuk memperoleh tanaman. Umumnya tanaman dengan banyak bunga mekar lebih sulit dalam pengangkutan, lebih peka terhadap etilen dan lebih mudah rusak dari pada tanaman yang diangkut dalam stadia yang bunganya masih kuncup atau persentase bunga yang mekar masih rendah.


Kelebihan dan Kekurangan Media Anggrek
Nama Media
Kelebihan
Kekurangan
Pakis
 ·     Mampu mengikat dan menyimpan air dengan baik
 ·     Aerasi dan drainase baik
 ·     Lapuk secara perlahan sehingga mengurangi frekuensi pergantian media
 ·     Mengandunga unsur hara yang diperlukan anggrek
·     Disukai semut dan hewan-hewan kecil lainnya bahkan mikroorganisme
Moss
 ·     Mengikat dan menyimpan air sangat baik
 ·     Aerasi dan drainase udara baik
 ·     Tidak cepat lapuk
 ·     Mengandung unsur hara yang diperlukan untuk anggrek
 ·     Rongga udara banyak sehingga akar dapat tumbuh dan berkembang dengan leluasa
·     Harganya relatif mahal
·     Ketersediaanya yang langka
Sabut Kelapa
 ·     Mudah mengikat dan menyimpan air dengan baik
 ·     Mengandung unsur hara yang diperlukan
 ·     Mudah diperoleh dalam jumlah besar
·     Mudah lapuk
·     Kuatnya menyimpan air sehingga menjadi sumber penyakit busuk akar dan busuk tunas anakan
Arang Kayu
 ·     Aerasi dan drainase baik
 ·     Banyak rongga-rongga udara sehingga akar tanaman bisa leluasa tumbuh dan berkembang
 ·     Proses pelapukan lambat
·     Daya simpan air kurang baik
·     Miskin unsur N
Pecahan batu bata atau genting
 ·     Disimpan di bawah untukk memperbaiki aerasi dan drainase
 ·     Wadah dan pot agar tidak rebah
 ·     Adanya rongga untuk kebebasan akar untuk tumbuh dan berkembang
 ·     Jalan masuk oksigen yang diperlukan akar untuk proses respirasi
 ·     Menjaga tingkat kelembaban
·     Pecahan genting kurang dalam penyerapan dan penyimpanan air
·     Batu bata lebih cepat ditumbuhi algae (ganggang)
 (Darmono, D.W, 2008)
Lampiran 2 Pupuk untuk Anggrek
Periode Pupuk
Keterangan
Pupuk Masa Pertumbuhan
a)    Pupuk dengan kandungan N tinggi atau N, P dan K seimbang
            ·     Merek: Bayfolan, Vitabloom, Gandasil, Hyponex merah, Hyponex hijau, Gandasil 63, dan lain-lain
            ·     Dosis: 1-3 g/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
            ·     Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
b)   Pupuk organik cair
            ·     Merek: Orchid Fertilizer atau Flower Up
            ·     Dosis: 1 ml/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
            ·     Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
Pupuk Masa Pembungaan
a)     Pupuk daun dengan kandungan P dan K tinggi
            ·    Merek: Gandasil B, Gaviota, Growmore oranye, Hyponex merah dan lain-lain
            ·    Dosis: 1-3 g/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
            ·    Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
            ·    Rekomendasi: diberikan pada saat anggrek memasuki masa berbunga
b)    Pupuk daun dengan kandungan N seimbang
            ·    Merek: Hyponex hijau, Growmore hijau, Gandasil 63 dan lain-lain
            ·    Dosis: 1-3 g/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
            ·    Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
            ·    Rekomendasi: diberikan secara berselang-seling dengan pupuk daun dengan kandungan P dan K tinggi
c)     Pupuk organik cair
            ·    Meek: M-Bio, Bio Mikro, MSA dan lain-lain
            ·    Dosis: 1 ml/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
Aplikasi: disemprot ke seluruh daun dan disiran ke media tanam
Pupuk Pasca Pembungaan
Pupuk daun dengan kandungan N seimbang
            ·    Merk: Hyponex hijau, Growmore hijau, Gandasil 63 dan lain-lain
            ·    Dosis: 1-3 g/l air
            ·     Frekuensi: seminggu sekali
            ·    Aplikasi: disemprot ke seluruh daun
            ·    Rekomendasi: diberikan secara berselang-seling dengan pupuk daun dengan kandungan P dan K tinggi
Suplemen
Vitamin B
            ·    Dosis: 1 ml/l
            ·    Frekuensi: seminggu sekali
            ·    Aplikasi: diberikan bersamaan dengan pupuk daun
 (Budiana, 2008)

Tidak ada komentar: